Selasa, 29 Maret 2016

PENDEKATAN KONTEKSTUAL



MAKALAH
PENDEKATAN KONTEKSTUAL


UNPATTI_BARU.JPG
 







Oleh

ELISA. KAUY
2014 38 050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKRIASI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016






KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah berkat dan kasih karunia-Nya yang tak terhingga sehingga kami dapat menulis Makalah dengan judul pendekatan kontekstual ini dapa terselesaikan. Makalah ini adalah tugas untuk membantu kami dalam proses perkuliaan dan juga sebagai upaya membantu teman-teman dalam proses pembelajaran.
Sebagai Manusia yang lemah, tentu kami tak luput dari berbagai kekurangan dan keterbatasan sehinga bantuan berupa kritik dan saran yang kontruktif yang bertujuan adalah untuk menyempurnakan  makalah ini sangatlah diharapkan demi penyempurnaan penulisan ini. Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih.













DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan 3
A.    Latar Belakang 3
B.     Tujuan & Manfaat……………………………………………………………
BAB II Pembahasan 4
A.    Pendekatan Kontekstual 4
B.     Penerapan Pendekatan Kontekstual 5
BAB III Penutup………………………………………………………………………….13
A.    Kesimpulan………………………………………………………………13
B.     Saran…………………………………………………………………......13
Daftar Pustaka





BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kualitas  pendidikan  merupakan  masalah  yang  harus  mendapat  perhatian serius demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta dalam sistem pendidikan itu sendiri, banyak hal yang perlu dipertimbangkan  antara lain kualitas pendidikan bagi  anak  didik  atau   siswa.   Kondisi   kualitas  sumber   daya  manusia   sering diidentikan dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi.  Sachs yang dikutip Mochtar  Buchori (2000:6) bahwa dunia  sekarang ini tidak lagi terbagi-bagi  oleh ideologi, melainkan oleh teknologi. Ada tiga kelompok penduduk dunia dalam kemampuan  penguasaan  teknologi, yaitu:  1) kelompok  technological  innovator, mencakup  hanya  15%  dari  penduduk  dunia, tetapi menguasai  seluruh  innovasi teknologi dunia; 2) kelompok technological adopters, mencakup sekitar 50% penduduk   dunia,   yaitu   kelompok   bangsa-bangsa    yang   mampu   menguasai teknologi-teknologi baru hasil inovasi; 3) kelompok technologically  excluded, mencakup  kira-kira 35%  penduduk dunia, yaitu kelompok  penduduk dunia yang tidak mampu memperbaharui  teknologi tradisional  mereka dan juga tidak mampu menguasai inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh masyarakat-masyarakat di luar mereka.
Untuk  itu  perlu  iklim  pembelajaran  yang  kondusif,    baik  dalam  sistem
masyarakat,   sistem   pendidikan,   maupun    lembaga   pendidikan.   Hal   tersebut menjadikan lembaga pendidikan harus  rnampu  mengembangkan konsep  kesiapan lulusannya (segi kognitif, afektif, dan psikomotork) sejalan dengan konsep pengembangan   surnber    daya    rnanusia   sesuai    kebutuhan   lapangan,   dengan demikian konsep  pengembangan sumber  daya  rnanusia dalam berbagai bentuknya harus mengarah pada peningkatan keterampilan (psikomotorik), pengetahuan (kognitif) dan  kemampuan refleksi  ( afektif)  atas penguasaan kompetensi tertentu melalui  program  pelatihan.  Menurut Soetamo (2003:28) guru yang berhasil  adalah guru  yang  mampu  membawa peserta  didik dapat mendidik diri  mereka  sendiri, mampu  memberdayakan peserta  didik  secara  efektif, mampu  mendorong peserta didik menggunakan sumber-sumber belajar secara  efektif, sehingga  peserta didik mampu  menggunakan  seluruh  hasil  belajar  tersebut  secara   produktif .
B.     Tujuan & Manfaat
Pendekatan kontekstual dalam bidang pendidikan pada umumnya dan keolahragaan pada khususnya mempunyai peran yang sangat penting pendekatan kontekstual untuk  dapat Serta     di gunakan untuk menentukan tingkat pembebasan peserta dari suatu kesatuan pelajaran menaikan peserta didik dari suatu tingkat ketingkat yang lebih tinggi memberikan umpan balik untuk memberikan unjuk kerja menempatkan induvidu kedalam kelompok tertentu atau menentukan suatu pembelajaran yang khusus. Pada pokoknyapenentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain pada pendekatan kontekstual.




BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pendekatan Kontekstual
Paradigma lama dalam proses belajar mengajar di kelas adalah guru memberikan pengetahuan kepada  siswa yang pasif.  Ibaratnya  seperti menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong. Tuntutan  dalam dunia  pendidikan sudah   lama  berubah,   guru   tidak   bisa  lagi  mempertahankan  paradigma  lama tersebut.  Guru  dalam  melaksanakan kegiatan  belajar mengajar harus  mengubah paradigma  lama  menjadi  paradigma pengajaran yang  barn.  Hal  tersebut dapat dilaksanakan antara lain dengan  menggunakan model  pembelajaran CTL
Pendekatan kontekstual  merupakan konsep    belajar yang  membantu guru dalam  mengkaitkan antara  materi  yang diajarkan dengan  situasi  dunia  nyata  siswa dan  mendorong  siswa membuat  hubungan   antara  pengetahuan yang  dimilikinya dengan   penerapnnya  dalam   kehidupan   mereka   sebagai   anggota   keluarga   dananggota  masyarakat.    Dalam  proses  pembelajaran,  tugas  guru mengelola  kelas sebagai tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang barn bagi siswa. Pengetahuan    dan   keterampilan    diperoleh    dari    basil    kerja   mandiri    siswa berdasarkan   konsep  yang  dimiliki  yang  dikaitkan   dengan  kondisi  lingkungan tempat   tinggalnya.    Peran    siswa    mengkonstruksi    informasi-informasi   yang diperoleh  untuk  diformulasikan   menjadi  pengetahuan     dan  keterampilan   yang dimiliki.
penerapan pendekatan pembelajaran yang  dijabarkan  dengan  pemakaian metode   yang bervariasi   dalam pelaksanaannya  merupakan  salah satu komponen yang  dapat  mempengaruhi  pencapaian  prestasi  belajar  siswa.  Penerapan  model CTL,  siswa dituntut  berperan  aktif dalam  pembelajaran, kondisi  lingkungan pembelajaran  diciptakan  dalam  suasana  kondusif,  aman,  nyaman  dan menyenangkan. Jika pembelajaran dilaksanakan  secara berkelompok, maka setiap siswa mempunyai kesempatan  saling memberi  dan menerima   pengetahuan  dalam memahami materi pelajaran secara aman dan nyaman, sehingga terjadi proses pembelajaran yang komunikatif.
Model CTL memberikan  kesempatan  kepada siswa untuk bertindak  secara aktif mencari jawaban   atas  masalah  yang dihadapi  dengan  kondisi yang aman, nyaman  dan  kondusif,  serta    berusaha  memeriksa,  mencari  dan  menyimpulkan sendiri secara logis, kritis, analitis dan sistematis.  Cara ini akan mendorong  siswa untuk   meningkatkan       penalaran   dan   berpikir    secara   bebas,   terbuka,    dan merangsang berpikir kreatif   sehingga dengan senang hati akan berusaha memperdalam pengetahuan secara mandiri.





B.     Penerapan pendekatan kontekstual
Menurut  Suparto (2004:6) bahwa secara garis besar,  penerapan pendekatan
kontekstual dapat dilakukan dengan langkah-langkah  sebagai berikut: I) Mengembangkan  metode belajar mandiri, 2) melaksanakan  penemuan (inquiry), 3) Menumbuhkan   rasa  ingin  tahu  siswa,  4)  Menciptakan   masyarakat   belajar,  5) Hadirkan     "model"   dalam  pembelajaran,  6)  Lakukan  refleksi   di   setiap  akhir pertemuan, 7) Lakukan penilaian yang sebenamya.
Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang dapat  digunakan  untuk  membantu  siswa membuat  pembelajaran  menjadi  lebih bermakna bagi siswa.  Guru memiliki  konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa

dengan cara mengkaitkan  pembelajaran  dengan kehidupan  nyata dan lingkungan di  mana  anak  itu  hidup  serta  budaya  yang  berlaku  dalam  masyarakat.   Jadi penyajian pengetahuan, pemahaman, keterampilan,  nilai dan sikap yang ada dalam silabus dilakukan dalam keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan   sehari-hari   siswa.  Dengan  memilih   konteks  secara  hati-hati   siswa secara  perlahan -lahan digerakkan  pemikiranya  agar  tidak  hanya  berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja tetapi mengkaitkan aspek-aspek pembelajaran ituddengan kehidupan  mereka  sehari-hari,  masa depan mereka dan lingkungan masyarakat  yang labih luas. Pengalaman  belajar siswa tidak dikotak• kotakkan  dalam  silabus  yang terpisah-pisah.  Karenanya,  guru  memilih  konteks dan merangcang  pmbelajaran yang kondusif untuk belajar yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), Interdisipliner  (dipandang berbagai berbagai bidang ilrnu), dan mencerminkan  situasi kehidupan nyata. Pembelajaran     berbasis     CTL    melibatkan     tujuh     komponen   utama  pembelajaran produktif, yakni :
a.   Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme( Constructivism)       merupakan      landasan      berfikir (filosofi) Pendekatan  CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya  diperluas  melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.  Pengetahuan  bukanlah  seperangkat fakta-fakta,  konsep,   atau  kaidah  yang  siap  untuk  diambil   dan  diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan  itu memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.  Guru tidak akan mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa hams mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa     harus menemukan dan mentransformasikan  suatu informasi kompleks  ke situasi  lain, dan apabila dikehendaki  informasi itu menjadi milik mereka  sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran barus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi" bukan "rnenerima"  pengetahuan.  Dalam proses  pembelajaran,  siswa membangun sendiri pengetahuan  melalui  keterlibatan  aktif dalam proses  pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru

Landasan  berfikir  konstruk:tivisme agak  berbeda  dengan  pandangan kaum obyektivitas, yang lebih menekankan pada basil pembelajaran. Dalam pandangan  konstruktivis,  "strategi  memperoleh   pengalaman  dan pengetahuan"  lebih diutamakan dibandingkan  banyaknya pengetahuan  yang diperoleh  siswa. Untuk  itu, tugas guru adalah  menfasilitasi proses tersebut dengan  :    1) Menjadikan pengetahuan bermakna  dan relevan bagi siswa, 2) Memberikan   kesempatan   siswa    menemukan   dan    menerapkan   idenya sendiri,  3)  Menyadarkan  siswa  agar  menerapkan  strategi  mereka  sendiri dalam belajar. Pengetahuan      tumbuh      berkembang      melalui      pengalaman.
Pemahaman  berkembang  semakin dalam dan semakin  kuat apabila  selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki  struktur pengetahuan   dalam  otaknya,   seperti   kotak-kotak   yang  masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa  orang   masing-masing berisi individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda.  Setiap pengalaman  barn  dihubungkan  dengan  kotak-kotak (struktur pengetahuan)  dalam otak manusia tersebut.  Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi  atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan barn dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya  struktur  pengetahuan  yang   sudah ada dimodifikasikan  untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahimya pengalaman baru. Pada  umumnya  pendidikan  juga  merancang  pembelajaran  dalam bentuk  siswa bekerja,  praktek  mengerjakan  sesuatu, berlatih  secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan,  menciptakan ide dan sebagainya.
b. Menemukan (Inquiry)
 Menemukan    merupakan    bagian   inti    dari    kegiatan   pembelajaran berbasis   CTL.  Pengetahuan   dan   ketrampilan   yang  di  peroleh   siswa diharapkan bukan basil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan    sendiri.   Guru   hams    selalu   merancang   kegiatan    yang menunjuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Ada  beberapa   pendapat   tentang   langkah-langkah   pembelajaran  dengan  pendekatan     inkuiri,   diantaranya   pendapat   Joyce,     Weil  da Calhoun (2000: 179-181  ) adala

1) Guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan  prosedur inkuiri kepada para siswa.
2) Pengumpulan  data dan verifikasi mengenai suatu infonnasi yang dilihat  dan dialami ( situasi problematik )
3)   Pengumpulan data dan eksperimentasi,  para siswa diperkenalkan dengan element baru ke dalam situasi yang berbeda.
4)  Menforrnulasikan  penjelasan
5)  Menganalisis proses inkuiri.
Pendapat senadajuga disampaikan oleh Margono (1989: 53) bahwa langkah-langkah inkuiri adalah;
1)   Siswa   dirangsang    oleh   guru  dengan    pennasalahan,    pemyataan,
pertanyaan, permainan, teka-teki, gambar dan sebagainya.
2)  Siswa  diminta   menentukan   prosedur   mencari   dan  mengumpulkan inforrnasi yang diperlukan, dapat dilakukan  secara individual maupun kelompok .
3)   Siswa mencoba merumuskan  pemecahan masalah.
4)   Siswa  menyusun  prosedur  atau  langkah-Iangkah   dalam  pemecahan masalah   yang dapat  dipergunakan  untuk pemecahan  masalah  dalam situasi baru atau masalah yang lain.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan  yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari "bertanya", Sebelum tahu tentang pencemaran,  seseorang bertanya "Apa yang dimaksud pencemaran  itu?".  Questioning  (bertanya)  merupakan  strategi  utama pembelajaran yang  berbasis CTL.  Bertanya  dalam  pembelajaran dipandang sebagai    kegiatan   guru   untuk   mendorong,    membimbing,    dan   menilaim kemampuan berpikir siswa.  Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan  bagian penting   dalam   melaksanakan   pembelajaran   yang  berbasis   inquiry,   yaitu  menggali  informasi,   mengkonfinnasikan  apa  yang  sudah  diketahui,   dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
Dalam    pembelajaran,   bertanya    bermanfaat   untuk:    1)   Menggali informasi,  baik  administrasi  maupun  akademis,  2)  Mengecek  pemahaman siswa, 3) Membangkitkan  respon  kepada siswa, 4) Mengetahui  sejauh mana keingintahuan  siswa, 5) Mengetahui  hal-hal yang sudah diketahui  siswa, 6) Memfokuskan  perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) Unt

membangkitkan lebih  banyak pertanyaan yang  lain dari siswa, 8) Untukmenyegarkan kembali  pengetahuan siswa. Hampir  semua aktifitas  belajar,  questioning    dapat   diterapkan:  antara siswa  dengan siswa,   antara guru  dengan siswa,  antara siswa  dengan orang lain  yang   didatangkan  ke   kelas  dan   sebagainya.   Aktifitas  bertanya  juga ditemukan ketika  siswa  berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan  sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk "bertanya ".

d. Masyarakat Belajar  (Learning Community)
Konsep  Learning Community  menyarankan  agar   hasil   pembelajaran diperoleh dari  kerjasama dengan  orang lain. Ketika seseorang anak  tidak tahu cara  menggunakan suatu  alat di  laboratoriurn,  ia bertanya kepada temannya "Bagairnana caranya menggunakan alat ini? Tolong beritahu aku!" Lalu temannya yang sudah  tahu,  menunjukkan cara  memapakainya alat itu.   Dari contoh tersebut anak,  dua anak  tersebut sudah  membentuk masyarakat belajar
( learning communitys.
Hasil  belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara  yang  tahu  ke yang  belum  tahu.  Di  ruang  kelas,  orang-orang yang ada di  luar  kelas. anggota masyarakat  belajar.  Di  kelas  CTL,   guru  disarankan se!alu me!aksanakan pembelajaran dalam kelornpok-kelompok belajar.  Siswa dibagi   dalam  kelompok  yang   anggotanya  heterogen.  "Masyarakat  belajar" bisa   terjadi   apabita  ada   proses    komunikasi  dua   arah.   Dalam   masyarakat belajar,    dua    kelompok   (atau    lebih)   yang     terlihat   dalam    komunikasi pembelajar   sating    belajar.   Seseorang   yang    terlibat   dalam        kegiatan masyarakat   belajar,   informasi   yang    diperoleh   teman    berbicaranya   dan sekaligus juga meminta informasi  yang  diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan  saling   belajar  ini  bisa  terjadi  apabila  tidak  ada   pihak   yang dominan  dalarn  komunikasi,  tidak  ada  yang   merasa  segan   bertanya,  atau hanya   mendengarkan.  Setiap pihak   harus   merasa  bahwa  setiap  orang   Jain memiliki  pengetahuan,  pengalaman,  atau   ketrampilan  yang   berbeda  yang perlu dipelajari.    Kalau setiap orang  mau belajar dari orang  lain, rnaka setiap orang  lain bisa menjadi sumber belajar, dan  ini berarti  setiap orang  lain bisa menjadi sumber belajar, dan  ini berarti  setiap orang  akan  sangat  kaya  dengan pengetahuan dan pengataman. Metode pembelajaran dengan  teknik  "learning community" ini  sangat membantu  proses  pembelajaran di  kelas. 

dalam pembelajaran terwujud dalam hal  :     1) Pembentukan  kelompok  kecil, Pembentukan   kelompok  besar,  2)  Mendatangkan  "ahli"  ke  kelas  (tokoh, dokter,  petani,  tukang,  dsb),  3) Bekerja dengan  kelas  sederajat, 4) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, 5) Bekerja dengan masyarakat.
e.  Pemodelan ( Modelling )
Pada saat pembelajaran   ketrampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung,  sebaiknya  ada model  yang  bisa  ditiru.  Model  itu bisa  berupa cara  mengoperasikan sesuatu, atau  guru memberi  contoh  cara mengerjakan sesuatu,  dengan  demikian  guru  memberi  "model"  tentang  bagaimana cara belajar. Dalam  pembelajaran  CTL,  guru  bukan  satu-satunya   model.     Model dapat dirancang dengan melibatkan  siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi  contoh  mendemonstrasikan keahliannya.  Siswa  "contoh"  tersebut dikatakan  sebagai  model.  Siswa  lain  dapat  menggunakan   model  tersebut sebagai "standar" kompetensi yang hams dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.
f.   Refleksi (Reflection)
Refleksi  adalah  cara  berpikir  tentang  apa  yang  baru  dipelajari  atau berpikir  ke belakang  tentang  apa-apa  yang sudah dilakukan  di  masa  yang lalu.  Refleksi  merupakan  respon terhadap  kejadian, aktivitas, atau pengetahuan  yang  baru  diterima,  dengan  demikian  siswa  merasa memperoleh  sesuatu  yang  berguna  bagi  dirinya.  Realisasi  dalam pembelajaran berupa:  rangkurnan  tentang  apa yang dipelajari; catatan  atau jurnal di buku siswa; kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-lain.
g.   Penilaian yang  sebenarnya (Authentic Assesment)
Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber untuk melihat kemajuan  belajar  siswa,  termasuk  Ujian  Nasional.  Tetapi,  untuk pengumpulan  data kemajuan belajar dalam CTL tidak  hanya menggunakan tes.  Nilai  siswa  yang  utama  diperoleh  dari  penampilan  siswa  sehari-hari ketika belajar. Apakah ia sudah belajar dengan keras? Bagaimana hasil karyanya?  Bagaimana   cara  menyampaikan  ide,  berdiskusi,  mengerjakan tugas-tugas? Bagaimana  partisipasinya dalam bekerja kelompok? Bagaimana basil kerja kelompoknya?  Bagaimana  buku catatan  sekolahnya?  Semua  itu adalah sumber penilaian yang autentik dan nyata

Sebuah kelas dikatakan  menggunakan pendekatan CTL jika  telah menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajamya adalah konstruktivisme,   selalu   ada   unsur  bertanya,   pengetahuan  dan   pengalaman diperoleh dari  kegiatan menemukan, terbentuk masyarakat belajar, ada model yang ditiru (pemodelan), dan dilakukan penilaian yang sebenamya.
Agar proses pembelajaran dengan menerapkan     model CTL dapat dilaksanakan dengan baik dalam  mencapai  tujuan  pembelajaran,  perlu diperhatikan antara lain:
I.    Memberikan  penjelasan  prosedur pembelajaran  dengan model  CTL secara
efektif dan sejelas-jelasnya kepada siswa,  sehingga proses pembelajaran  lebih terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.    Guru  hendaknya    memiliki  kemampuan  untuk  membantu mengembangan kemampuan berpikir  verbal  dan  berpikir abstrak  siswai.  Membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar mandiri dalam bentuk mengumpulkan data mengenai  potensi lingkungan  tempat tinggal  siswa.  Potensi  tempat tinggal dapat digunakan scbagai  sumber belajar.  Kegiatan  ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis data serta pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan cara berpikir ilmiah.
3.    Kondisi  lingkungan  masyarakat  atau  sekolah  diusahakan  dapat  digunakan untuk  kegiatan  belajar  siswa secara mandiri  dengan mencoba, melatih  dan menemukan altematif pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan  siswa,  sehingga  siswa  secara   leluasa  dan  termotivasi  untuk belajar lebih mendalam.
4. Disediakan  fasilitas  pembelajaran  yang  mendukung  dalam  proses pembelajaran   kimia  Iingkungan,   misalnya:   perpustakaan  yang  memadai (buku-buku pelajaran, alat-alat peraga, majalah, gambar-gambar binatang dan turnbuhan, buku-buku ilmu pengetahuan populer.   laboratorium, atau media pembelajaran  lain)   yang mendukung proses pembelajaran  dengan   model CTL.
5.    Guru hendaknya marnpu rnemanfaatkan media pernbelajaran  yang tersedia untuk membantu menjelaskan materi pembelajaran
Aplikasi  model CTL di  SMP  dapat dilakukan   dengan langkah-langkah sebagai berikut :
I.   Guru memilih  dan menetapkan perrnasalahan sesuai  dengan kemampuan dan karakteristik  siswa,  kemampuan yang diperlukan yaitu    menampung secara

rerbuka   dan   berpikir  positif  terhadap    semua   pernyataan-pernyataan  atau pendapat    dari   siswa   kemudian   menyeleksi   dan    merumuskan   kembali pernyataan atau  pendapat tersebut  sesuai  dengan  sifat  dan  kategori  masalah y ang  dilihat   dari  tingkat   kepentingannya,  amat   penting,   bermanfaat,  atau  biasa dapat dipecahkan.

2. Guru membimbing secara  aktif, membantu siswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah  materi dan permasalahan, kemampuan yang diperlukan adalah pemahaman guru memahami kecakapan  dan kejelian  siswa dalam belajar baik secara  individu  maupun kelompok sehingga  kebersamaan dalam  menganalisis permasalahan dari berbagai  sudut pandang.
3.   Guru membimbing siswa  dalam  pengumpulan data di masyarakat, dalam  hal ini  kemampuan  yang  diperlukan  adalah  memilih   pendekatan  pembelajaran yang tepat
4.    Membantu  siswa   dalarn   menyusun    dan   mengelompokkan  konsep   kimia lingkungan  dengan   cara   memberikan  kelengkapan  prosedur   pembelajaran yang jelas  dan sistematis. Pembelajaran     dengan     menerapkan    model   CTL     di  SMP  merupakan bentuk  pembelajaran   yang   berorientasi   pada  proses  mengamati, menggolong• golongkan membuat  dugaan,    mengukur dan  membuat kesf_mpulan berdasarkan sumber    belajar   yang    berasal    dari    masyarakat.     Model    CTL    memberikan kesempatan pada  siswa  dalam  mengembangkan kemampuan berpikir verbal dan abstrak  secara   aplikatif.        Model   CTL   mengutamakan  proses   mental  yang sepenuhnya melibatkan  siswa  dalam proses  pembelajaran.  Siswa  dilatih  berpikir dan  bertindak   secara  mandiri  dalam    mencari,   menemukan    dan  merumuskan altematif pemecahan masalah.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses  pembelajaran dengan  model  CTL di Sekolah dilakukan   secara  mandiri atas bimbingan penuh guru dan teman-teman dengan  berbagai  aktivitas  secara mandiri   secara   individual  maupun   kelompok,  misalnya:  bertanya,    bertindak, mencari  penyelesaian  masalah,  membuat  dugaan   dan  mengambil  kesimpulan. Peran    guru   memberikan   birnbingan,   memotivasi   siswa      dan   memberikan dukungan   kepada siswa dan ikut membantu  siswa dalam  pemecahan masalah jika dalam   proses    pembelajaran   menemukan   kesulitan.    Untuk    itu   diperlukan kemampuan  dan  kreativitas   guru dalam  membangkitkan  kemarnpuan  berpikir verbal   dan kemampuan berpikir  abstrak  siswa  untuk mempelajari mata  pelajaran kimia lingkungan agar hasil belajarnya dapat  optimal.
B.     Saran
1.    Pemerintah harus mengupayakan program belajar anak di perDesaan
2.    Disarankan pemerinta harus lebih ketat dalam pengawasan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah




DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas,   2002.  Pedoman  Pengembangan   Kecakapan  Hidup  di  SMU.   Jakarta: Depdiknas
Depdiknas,  2003.  Panduan  lmpelementasi  Kurikulum Berbasis  Kompetensi  MataPelajaran  Depdiknas
Degeng.  I.N.S.  1988.  Jlmu Pengajaran  Taksonomi  Variabe/.  Jakarta:  Ditjen Dikti P2PLTK
Dimyati & Mudjiono.  1999. Be/ajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka  Cipta
Joyce,  Bruce,  Marsha  Weil,  & Emily Calhoun.  2000.  Models of Teaching.  6th Ed.Boston:  Allyn and Bacon.
Nana  Sudjana.  1996.  Dasar-Dasar Proses Be/ajar  Mengajar.  Bandung:  Sinar  Barn Algensindo Offset. Suparto.    2004.   Penerapan    Contextual   Teaching   and   Learning   (CTL)   dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.  Semarang:  Depdiknas
Syaiful  Bahri  Djamarah.  1994.  Prestasi Be/ajar dan Kompetensi  Guru.  Surabaya: Usaha Nasional.
Tabrani  Rusyan.  1989. Pendekatan  Dalam Proses Be/ajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.


PERANAN KEBUGARAN JASMANI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

           PERANAN KEBUGARAN JASMANI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA SEKOLAH DASAR                                ...